BRO vs KER ( Brother Vs Arek /Kera)

BRO vs KER ( Brother Vs Arek /Kera)

Kamis, 16 April 2020, 00.12

Foto dokumen Karang Taruna Pandanwangi Malang dalam Tour Bromo Maret 2010

Bro Vs Ker
( Brother Vs Arek /Kera)

Malang - Perkembangan Bahasa gaul begitu cepat dikalangan generasi Milenial, terutama milenial yang tinggal di ibu kota negara Jakarta yang merupakan pusat perkembangan tehnolgi, informasi dan transisi budaya.
Pada akhirnya apa yang berkembang di ibu kota atau lagi ngetrend,  dengan cepat akan ditiru didaerah, ya minimal biar gak dikatakan kudet (baca: Kurang Update) oleh temannya atau tetangganya. Mulai dari mode, bahasa, dan prilaku sosial. Yaaah Namanya perkembangan jaman.
Seringkali kita jumpai kawan kita atau mungkin kita sendiri menggunakan kata “ Bro “ untuk menyebut teman laki-laki seusia. Contoh , “ kemana saja gak pernah nongol bro “ Ketika lama enggak ketemu temannya. Bahkan tidak saja generasi milenial yang menggunakan kata bro saat ketemu temannya, beberapa ditemui Gen X pun juga menyebut bro kepada temen seusianya. Artinya perkembangan bahasa gaul meski itu selalu mengikuti generasi, pada akhirnya kosa kata ini menjadi kelaziman.
Lalu apa arti kata bro itu sesungguhnya, beberapa tulisan yang mengupas kata “bro” ini menyebutkan bahwa bro berasal dari kata Brother atau suadara laki-laki yang kemudian dipakai Bahasa gaul oleh kaum milenial dengan singkatan bro.
Penjelasaan diatas menggambarkan pergeseran bahasa gaul mengikuti trend dipengaruhi perkembangan zaman karena pergeseran budaya, tradisi, pengaruh global.
Lalu apakah ada trend bahasa lokal yang sangat populis digenerasinyan dan menjadi ciri khas suatu daerah ?
Sebut saja Malang yang mempunyai ciri khas bahasa Walikan ( baca ;balik) yang sangat popular dikalangan warga Malang, dewasa ini terutama dikalangan Aremania. Sering dulu kita dengar kata-kata “ayo ker” atau “ Gak Ngono Ker “ dan beberapa spanduk himbauan dari pemerintah daerah atau instansi pemerintah di Malang juga masih terlihat menggunakan kata ker untuk mengajak warga Malang ikut menyukseskan suatu program.
Sekilas sejarah : Kata “Ker“ merupakan penyembutan untuk rekan, teman akbrab atau sekumpulan anak muda Malang dalam suasana pergaulan. Ker berasal dari kata arek atau anak muda dalam kalangan Bahasa Jawa Timuran ( Surabaya, Malang). Namun dalam sejarah perkembangannya bahasa di Malang di era perjuangan ada tokoh pejuang asal Malang yaitu Suhudi Raharno yang tergabung dalam perjuangan Gerilya Rakyat yaitu kelompok Gerilya Rakyat Kota (GRK). Laskar ini merupakan sisa pasukan Mayor Hamid Rusdi yang gugur pada 8 Maret 1949.
Atas ide cemerlang inilah Suhudi menciptakan Osob Kiwalan ( Osob itilah jawa = Bahasa, Kiwalan = Walikan artinya balikan/ dibaca terbalik), hal ini untuk menyiasati lawan atau dipakai Bahasa sandi perjuangan. Konon dalam masa itu banyak penyusup musuh yang mengintai informasi yang membahayakan perjuangan GKR, maka Bahasa walikan digunakan sebagai Bahasa sandi.
Kembali ke kata Ker menjadi kata trendsetter di Malang sampai sembelum tahun 2000-an, untuk semua lini. Artinya kata ker yang merupakan Bahasa walikan di Malang telah menjadi magnet sendiri bagi orang luar Malang. Dimanapun berada jika kita sebut temen kita dengan kata Ker, hampir bisa dipastikan kalau ia berasal dari Malang atau orang pernah tinggal di Malang dalam waktu yang lama.
Kini perubahan Bahasa gaul telah menghantam semua pakem bahasa gaul, hal ini seiring perkembangan arus informasi yang sangat cepat, sehingga banyak pergeseran bahasa yang berasal dari luar menggerus kekayaan bahasa lokal. Seperti penyebutan Bro kelihatan lebih familier atau lebih keren dari pada kata Ker meski itu dikalangan Arek Malang sendiri.
Tapi ya udalah, meski pergeseran tradisi,budaya dan bahasa tidak bisa dibendung, satu hal yang paling penting ciri khas bahwa walikan ala Ngalam tidak tergerus dalam sejarah zaman. Minimal bro tidak pernah bisa menggantikan legenda bahasa walikan Arek / kera/ ker (anak muda) yang asli Malang.
Satu hal yang tidak boleh hilang adalah kesatuan jiwa arek malang masih utuh sampai kapanpun dalam satu kalimat “ Malas Utas Awij atau Salam Satu Jiwa “ AREMA.

Penulis : A-Liem Tan
Editor   : Alim Mustofa





TerPopuler