Malangguide.com – Pasar kopi Malang Raya perlahan
tapi pasti telah menemukan ruang dihati pencinta kopi diseluruh Indonesia, baik
karakter dan cita rasa yang tersaji meninggalkan sepenggal cerita dikalangan
pecinta kopi.(4/1/21)
Siapa sih
sekarang yang tidak kenal kopi Dampit, nama kopi Dampit sudah menasional bahkan
sudah memasuki pangsa pasar ekspor. Dengan kekhasan rasa yang dijanjikan dalam
setiap adukan kopi dampit memberikan peluang pasar yang lebih luas dan dikenal
sebagai karakter kopi asal Malang.
Nah hal ini
yang mendorong kelompok petani kopi Desa Tulungrejo Ngantang untuk mengikuti
jejak kopi dampit dengan tujuan untuk menemukan karakter tersendiri, cita rasa
khas kopi ngantang agar mendapat tempat dihati pecinta kopi tanah air. Dengan
daya dukung geografis, kecamatan Ngantang berada di ketinggian 700 – 900 Mdpl,
diharapkan kopi Robusta produk petani kopi wilayah ini mampu menyajikan kekhasan
dan branding sendiri.
Keinginan ini
gayung bersambut dengan progam yang dirancang Akhmad Taufiq Juniarto, S.STP Camat
Ngantang yang ingin kopi petani ngantang memiliki nilai jual yang tinggi, dengan
begitu akan dapat menopang kesejahteraan petani kopi di wilayahnya. Untuk
mewujudkan keinginan ini salah satunya dengan membuat program belajar kopi bagi
petani bekerjasama dengan KOPIKO
(komunitas pengiat kopi).
Proses belajar
mulai dari proses tanam, perlakuan tanaman,
pengolahan paska panen, proses produksi sampai nantinya ke pemasaran
produk. Prinsipnya belajar kopi mulai hulu sampai hilir bekerjasama dengan
pelaku atau pegiat kopi.
Didampingi Heri
salah satu petani sekaligus pelaku pemberdayaan petani kopi di Malang, para
petani ini diajak belajar menanam kopi dengan cara pertanian yang benar,
bagaimana memperlakukan tanaman kopi mulai dari pengolahan lahan, kebutuhan
nutrisi tanaman, pemilihan bibit yang unggul,
pencakokan, pemupukan.
selanjutanya pentani juga didampingi bagaimana
memanen yang tepat, pengolahan paska panen sekaligus bagaimana
pengemasan kopi agat produk kopi petani dapat diterima oleh pasar.
Menurut Taufiq
“ agar keinginan meningkatkan kualitas kopi ngantang cepat tercapai, maka
diperlukan kelompok petani kopi sebagai wadah untuk ruang melakukan langkah-langkah
yang terkoordinir agar kopi Ngantang cepat dikenal oleh pasar lokal maupun
pasar nasional,”.
Masih menurut
Taufiq Juniarko, setelah terselenggaranya festival kopi Ngantang masih banyak
hal yang harus dilakukan oleh para petani kopi, berangkat dari kekurangan yang
kita temukan berdasarkan masukan juri yang menjadi juri di acara tersebut.
Mengelola kopi perlu Kerjasama dengan berbagai pihak, termasuk bekerjasama
dengan pemerintah dalam hal upaya peningkatan mutu kopi, dengan harapan aka
nada uluran bantuan peralatan yang mendukung standarisasi pengolahan kopi
ngantang.
.
“ Kedepan kita berharap pemerintah daerah menjadikan komoditas kopi sebagai salah satu prioritas progam unggulan. Karena baru kopi dampit yang terakui secara nasional. Kita beruntung punya mas Bejo,mas Amik,mbak Rini dan pak Heri mengulurkan tanganya untuk membantu mengangkat kopi Ngantang. Pak Heri telah terbukti berhasil mengangkat kopi desa Taji,’ terang Taufiq Juniarto yang telah bertugas selama satu setengah tahun di Kecamatan Ngantang ini.
Meneruskan
sambutanya pria penghobi trail ini mengatakan “ terkait program saya,
untuk peningkatan standarisasi paska panen harus diawali dari pembenahan
pertaniannya dengan membentuk kelompok secara mandiri. Bukan saya dan mas Bejo yang menentukan tapi kelompok
itu sendiri. saya akan bantu buat program
kerja selama satu tahun dengan bantuan teman teman dari Malang dan pemerintah. Tetapi tahun ini adalah bagaimana menyusun
program kerja kelompok diawali dengan pendataan lahan dan petani kopi by name
by adress
Taufiq Junarto juga
berharap petani agar bisa merubah bagaimana kebiasaan pola transaksi yang biasa
dilakukan hari ini, jika petani menyerahkan kepada penebas atau tengkulak hasil
panennya karena butuh cepat laku akan tetapi harga rendah, ya tidak akan pernah
ada perubahan penigkatan pendapatan. Tapi kalau mau mengikuti proses , insyaallah
akan mendapatkan hasil , oleh sebab itu
perlu manajemen yang bijak , mana yang
dapat dijual ke tengkulak, mana yang diolah sendiri. Tidak sampai disitu,
petani kedepan juga harus bisa menjual kopi rostingan sendiri.
Dalam hal
pembinaan kedepan, Taufiq Juniarto juga mendorong Bumdes agar aktif dan mampu
berperan banyak dalam menerima hasil panen petani kopi, Bumdes dapat berperan
sebagai penggerak pasar kopi mulai dari modal usaha sampai paska panen.( A-Liem
Tan)